" Hi , Apa kabar ? Sedang apa kau jauh disana ? Apakah engkau bahagia ? "
Lalu kemudian aku membalas gaung hati yang tanpa balasan itu dari ujung sana .
" Kuharap kau bahagia .... "
kemudian aku hening sejenak ....
Setelah aku berteriak , lalu hati berkata, " Tidak , bukankah kau tidak menginginkan dirinya bahagia ? Bukankah kau setengah berbisik kuharap akulah yang paling membuatmu bahagia bukan dia ? ayolah bersikap jujur pada hatimu sendiri.
Lalu aku berkata kepada si hati , " Ya kau benar hati , tetapi aku sedang belajar untuk merelakan apa yang seharusnya tidak menjadi milikku . Hati , taukah kau bahwa seharusnya harus terjadi biarlah terjadi , dan ternyata hasilnya tidak seburuk yang kupikirkan , yah setidaknya aku masih bisa bertahan hingga detik ini . "
Aku menambahkan ," Hati , aku akan berharap dia tidak bahagia , apabila dia tidak benar benar mengerti anugerah Tuhan dalam hidupnya . Aku akan berharap dia tidak bahagia apabila dia tidak mengerti cinta adalah sebuah anugerah dari Tuhan dan pasangan adalah seseuatu yang suci di hadapan Tuhan . Aku berharap dia tidak bahagia apabila dia hanya mengenal paras cantik dibandingkan hati yang mencintai Tuhan , hati yang tidak mementingkan diri sendiri . Sebab kecantikan akan sirna pada waktunya , tetapi hati yang cantik akan kekal . Aku berharap ia tidak bahagia apabila dia masih sama seperti dulu , hanya mengenal hasil tanpa mengenal arti dari sebuah proses , hanya mengenal nafsu dibanding cinta . "
Hati terdiam dalam hening , pelan ia menyadari mengapa belakangan ini begitu banyak yang terjadi namun ia tetap memiliki sukacita .
Setelah beberapa menit terdiam , aku dan hati meneriakan gaung terakhir kalinya .
" Hi kau yang disana .... Apakah kau benar - benar bahagia ? "